UPACARA NAHUNAN MASYARAKAT DAYAK NGAJU
Nahunan merupakan salah satu ritus dalam siklus kehidupan masyarakat Dayak Ngaju, terutama bagi pemeluk kepercayaan Kaharingan. Tujuan utama dari pelaksanaan Nahunan adalah untuk memberikan nama kepada anak. Dengan melaksanakan Nahunan, diharapkan agar anak tersebut diberkati dan diberikan, keselamatan serta diberkahi dengan rejeki yang berlimpah oleh Ranying Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa).
Ritual Nahunan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi dari keluarga yang menyelenggarakannya. Selain menyiapkan sesajen sebagai persembahan kepada roh leluhur dan Ranying Hatalla langit, penyelenggara ritual harus memperhitungkan konsumsi bagi tamu yang nantinya akan datang, karena juga dilakukan tradisi panggil (mengundang sanak keluarga ataupun orang dekat) untuk datang ke acara tersebut. Nahunan tidak hanya sekedar ritual, namun juga sebagai sarana bersosialisasi keluarga penyelenggara dengan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya, sampai dengan keluarga yang bertempat tinggal jauh. Semakin banyak tamu yang datang, menjadi indikator tingkat sosial kedudukan keluarga penyelenggara di dalam komunitasnya.
Untuk melaksanakan upacara Nahunan tersebut, disiapkan berbagai perlengkapan upacara Nahunan baik perlengkapan untuk sang bayi maupun perlengkapan bidan. Untuk sang bayi, disiapkan sebuah keranjang pakaian guna menyimpan pakaian sang bayi dan tuyang atau ayunan untuk menidurkan ketika upacara sedang dilangsungkan. Tuyang ini terbuat dari kulit kayu nyamu dan dihias dengan mainan sederhana terbuat dari botol bekas yang dirangkai sehingga menimbulkan bunyi-bunyian yang unik. Kemudian untuk melengkapi perlengkapan upacara, terdapat sangku berbentuk seperti mangkuk besar digunakan untuk memandikan bayi dan juga Garantung untuk pijakan bayi ketika keluar. Untuk perlengkapan sang bidan, disediakan sebuah Tanggul Layah, yaitu topi yang digunakan sang bidan sebagai menutup kepala ketika membawa dan memandikan sang bayi ke sungai.
Benda-benda lain yang disediakan dalam upacara, adalah: peludahan untuk menampung kinangan pada pasca upacara, lancing untuk menyimpan sirih pinang, mangkok petak untuk meletakan tanah atau air, mangkok tampung tawar untuk menyipan ramuan tampung tawar, ceret untuk menyimpan air minuman tradisional, dan sangku untuk menaruh beras dan kelapa. (Adm)