WISATA BUATAN

SITUS SEJARAH BETANG TUMBANG ANOI

Betang sebagai rumah adat tidak hanya memiliki fungsi sebagai tempat tinggal, tapi juga memiliki fungsi sosial, ekonomi, spiritualitas dan nilai kesejarahan yang panjang.

Salah satu betang yang memiliki nilai sejarah penting bagi masyarakat Dayak adalah Betang Tumbang Anoi. Tempat dilaksanakannya rapat perdamaian antar subsuku Dayak di Kalimantan yang dikenal dengan “Rapat damai Tumbang Anoi” atau “Perjanjian Tumbang Anoi”.

Rapat besar yang di gelar pada tanggal 22 Mei hingga 24 Juli 1894 untuk menyudahi tradisi permusuhan antar sub-suku Dayak seperti pemotongan kepala, saling membunuh dan perbudakan di seluruh wilayah Kalimantan. Tercatat 152 suku di undang dalam rapat besar ini, bahkan juga di hadiri pihak Belanda.

Seperti yang tercatat dalam buku “Pakat Dayak” Prof H KMA M Usop menuliskan pertemuan rapat besar ini menghasilkan tatanan bersama dengan diwujudkan kesepakatan untuk menyeragamkan aturan dalam hukum adat yang sifatnya umum.

Dalam pertemuan ini berhasil menyelesaikan bahasan mengenai 592 perkara yang terdiri dari 96 pasal dalam aturan hukum adat. Bahkan perkara yang tertuang dalam Rapat hukum adat Dayak Tumbang Anoi (RDTA) pada tahun 1894 ini juga di akui oleh pihak Belanda. (Adm)

Back to top button