LAMANG
Dari banyaknya jenis beras di Indonesia, ketan (sticky rice) merupakan beras yang punya kandungan amilopektin tinggi namun amilosa rendah. Inilah yang menyebabkan teksturnya lebih kenyal dan lengket saat dimasak.
Ketan atau pulut dalam bahasa Dayak, juga menjadi salah satu bahan olahan makanan yang cukup dikenal, Karena teksturnya tersebut.
Salah satunya adalah Lamang atau Lemang, sebuah penganan yang akan selalu ada di dalam setiap upacara ataupun ritual adat dalam masyarakat Dayak Kalimantan Tengah. Lamang juga dikenal sebagai salah satu makanan yang dipersembahkan atau sesajen yang disebut ancak oleh masyarakat suku Dayak.
Di dalam masyarakat Dayak, proses membuat lemang disebut malamang. Prosesnya mirip dengan pembuatan lemang, beras ketang dimasak dalam sebuah bambu (jenis humbang lawas), dilapisi daun pisang, diberi santan, dengan garam sebagai penyeimbang rasa, lalu dibakar hingga matang sempurna.
Dulu, karena menjadi bagian dari sesaji, maka dalam tradisi Dayak akan selalu ada lamang dalam setiap upacara dan ritual keagamaan/kepercayaan asli.
Hingga, dalam masyarakat Dayak dan Kalimantan umumnya, lamang atau ketan (pulut) menjadi salah satu panganan yang punya “kekuatan magis”. Karena jika ada yang sedang memasak atau menawarkan lemang (ketan) maka harus segera dimakan atau dicicipi, jika tidak maka akan mengalami hal buruk atau musibah yang disebut kapahunan. Ini juga berlaku untuk semua makanan, namun kapahunan pulut termasuk yang paling berat. Ini dapat disimpulkan sebagai cara orang Dayak menghargai makanan, tidak boleh disia-siakan atau diabaikan.