SANDUNG NGABE SUKAH
Sandung adalah bangunan kecil yang terbuat dari kayu ulin memiliki Fungsi sebagai persemayaman orang yang telah meninggal. Bangunan Sandung dibuat khusus untuk satu keluarga di dalam satu keturunan. Jadi, keluarga yang berasal dari keturunan yang lain tulangnya tidak dapat dimasukkan ke dalam Sandung yang sama. Masingmasing keluarga di Suku Dayak Kaharingan memiliki satu bangunan Sandung.
Keberadaan Sandung ini tidak lepas dari asal mula kampung di kota Palangkaraya. Nama kampung tersebut dulunya bernama Dukuh Bayuh yang dipimpin oleh Bapa Handut. Setelah Bapa Handut meninggal, untuk mengenang jasa dan kepemimpinannya nama dukuh tersebut diganti dengan Pahandut. Hingga saat ini Pahandut diabadikan menjadi nama kelurahan di Kota Palangkaraya. Pada suatau masa Kampung Pahandut dipimpin oleh Pambakal Sukah. Atas keberhasilan dalam memimpin Kampung Pahandut, ukah diberi gelar oleh pemerintah Hindia-Belanda dengan gelar Ngabe Anum. Beliau meninggal sekitar tahun 1942 dan disemayamkan di dalam Sandung Bukit Ngalangkang yang sekarang lebih dikenal dengan nama Sandung Ngabe Sukah.
Ngabe Sukah termasuk salah satu tokoh pendiri Kota Palangka Raya. Tanpa peran dan keterlibatan tokoh ini, barangkali tidak akan ada yang namanya kampung (lewu) Pahandut. Sebab, Pahandut inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Kota Palangka Raya, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) saat ini. Untuk menghargai jasa-jasa Ngabe Soekah, wali kota menetapkan Sandung Ngabe Soekah sebagai salah satu cagar budaya yang dimiliki Palangka Raya. Artinya, pemeliharaan dan perawatan terhadap sandung tokoh terkenal ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pemko Palangka Raya.
Bagi anda yang singgah ke kawasan cagar budaya ini, mereka akan melihat bangunan Sandung Ngabe Sukah, beberapa patung yang menggambarkan sosok Ngabe Sukah dan juga keluarga beliau. Jadi Kawasan cagar budaya sandung ngabe suka selalu menjadi kunjungan wajib bagi mereka yang berkunjung ke Kota Palangka Raya. (Adm)